13 jenis Herbal yang bisa atasi Wasir

Wasir atau bisa disebut ambeien merupakan kelainan akibat membesarnya pembuluh darah balik (vena) pada bagian bawah usus besar (rektum) di daerah dubur. Secara anatomis, wasir sebenarnya bukan penyakit, tapi perubahan pada bantalan pembuluh darah di dubur. Bantalan itu melebar dan membesar.

Wati, Customer Service Jamu Putri Gunung Jati Surabaya mengatakan, secara umum penyebab wasir antara lain karena tubuh kurang serat, terlalu banyak duduk, kurangnya cairan dalam tubuh, dan sirkulasi darah yang tidak lancar. Sedangkan ambeien ada dua macam yaitu ambeien luar dan ambeien dalam. Artinya, ambeien dalam benjolannya berada didalam sedangkan ambeien luar benjolannya diluar anus.

Pengobatan wasir dilakukan berdasarkan tingkat keparahannya. Bila wasir masih dalam derajat ringan, obat tradisional, terutama herba berkhasiat bisa Anda coba. Menurut buku Terapi Herba, Buah, dan Sayuran 10 Penyakit Utama, ada beberapa resep herba untuk mengatasi wasir.

1. Sosor bebek
Efek : Antiradang, mengurangi pembengkakan, menghentikan pendarahan.
Ramuan : Ambil 50 helai daun sosor bebek, cuci bersih, lalu diangin-anginkan sampai kering. Kemudian tumbuk halus dan simpan dalam wadah tertutup rapat. Satu sendok makan bubuk daun sosor bebek itu seduh dalam satu cangkir air panas (boleh ditambah madu). Aduk-aduk. Minum setelah hangat. Ramuan ini bisa diminum 3 kali sehari.

2. Daun Saga
Ambil daun saga 1 genggam, herba pegagan 1 genggam, daun patikan China (serbuk) 1 sendok teh, akar kelembak (serbuk) ½ sendok teh, rimpang temulawak 7 keping, dan air 1 gelas.
Semua bahan direbus dengan 1 gelas air sampai mendidih lalu disaring kemudian tambahkan madu1 sendok makan, setelah hangat diminum sekaligus. Lakukan 2 kali sehari.

3. Urang-aring
Ambil herba urang-aring 7 buah, akar patikan China 7 buah, daun iler 7 helai, kayu ules 1 buah, dan air 1 gelas. Semua bahan direbus dengan 1 gelas air sampai mendidih lalu saring dan ditambah madu 1 sendok makan lalu diminum 2 kali sehari.


4. Tapak liman (Elephantopus scaber)
Rebus 0,5 kg daun tapak liman dalam 1,5 l air mendidih. Sebaiknya rebus dalam dalam panci dengan tutup berlubang di bagian tengah. Setelah cukup panas, segera angkat panci dan uap air yang keluar dari lubang tutup panci diarahkan tepat ke lubang dubur penderita wasir. Lakukan 2 kali sehari.

5. Buah tomat
Rebus beberapa buah tomat yang sudah masak dalam minyak kelapa selama kira-kira 10 menit, lalu disaring dengan sepotong kain bersih. Setelah dingin oleskan pada wasirnya.

6. Lidah buaya (Aloe vera)
Efek : Pencahar (laxative), antiradang, melembutkan kulit (emoliens)
Ramuan : Lidah buaya secukupnya dijus, tambahkan norit dan bubuk gambir secukupnya. Aduk hingga merata kemudian oleskan di bagian wasir.
Resep kedua, daging lidah buaya diparut atau dijus. Tambahkan segelas air matang dan 2 sendok makan madu murni. Aduk lalu disaring. Air sarinya diminum.
,
7. Akar kangkung
Yang paling baik adalah akar kangkung cabut. Sebagai obat luar untuk wasir, akar kangkung dicuci bersih lalu direbus. Air rebusannya digunakan untuk membasuh atau membersihkan anus.
Ramuan : Ambil satu genggam akar kangkung, tambahkan adas 1 sendok teh, pulasari 1/3 jari. Kemudian rebus dengan 2-3 gelas air dengan api kecil, teruskan sampai airnya tinggal 1-1 1/2 gelas, dinginkan, saring dan minum dua kali sehari.
Resep kedua, segenggam kecil akar kangkung dicuci bersih, lalu rebus dengan 3 gelas air hingga separuhnya. Setelah dingin, minum sehari 2 gelas setengah gelas.

8. Terung ungu
Ambil 15 gr akar terung ungu, lalu keringkan dan giling hingga menjadi bubuk. Kemudian 3 g bubuk akar terung ungu itu dicampurkan dengan bubuk sambiloto, jus lidah buaya secukupnya dan diaduk rata. Oleskan pada bagian wasir.

9. Pisang batu/klutuk
Ambil 3-5 pisang batu muda, cuci bersih kemudian parut dan diperas. Air perasannya ditambah sedikit pulosari dan gula aren atau gula merah. Diaduk merata, disaring, dan diminum 1-2 kali sehari.

10. Pegagan
Efek: Anti-infeksi, menyejukkan. Di tanah air disebut juga dengan Antanan atau Kalikuda. Daun ini dikenal sebagai obat penguat lambung.
Ramuan : Ambil segenggam daun pegagan yang segar, lalu rebus dengan tiga gelas air dalam api kecil. Setelah airnya tinggal setengah gelas, dinginkan lalu disaring. Minum dua kali sehari.

11. Daun Handeuleum
Daun ini di Jawa disebut dengan Daun Ungu, di Madura disebut dengan Karotong sedangkan di Bali dikenal sebagai Temen. Dalam bahasa Latin disebut dengan Latya graptophyllum pictum L.Griffith. Daun yang berwarna lembayung atau ungu ini, bisa dimakan sebagai lalap mentah atau dikukus bahkan bisa dibuat sayur.
Ramuan : Ambil 7-8 lembar daun ini, adas 1 sedok dan pulosari setengah jari. Kemudian rebus dengan 2 gelas air (500 ml), dengan api kecil, sehingga airnya tersisa 1 gelas lagi. Untuk penderita wasir derajat 3-4, minum sehari tiga kali. Sedangkan untuk wasir yang masih ringan, air rebusan tadi bisa diminum dalam 2-3 kali. Jika ingin lebih enak, maka bisa ditambahkan seiris temu lawak dalam rebusan tadi.

12. Tape.
Biasakan makan tape, baik tape ketela pohon maupun tape ketan setiap hari. Dalam waktu tiga hari (bila sudah keluar darah dari dubur), darah akan berhenti/mampet, dan kemungkinan dalam waktu satu minggu akan sembuh.

13. Daun Salak.
Kalau ambeien/wasir belum parah atau masih gejala, dapat juga dicoba resep tiga helai daun salak direbus dengan air sebanyak satu gelas. Lalu air rebusan tadi disaring dan diminum dengan gula merah. Minum dua kali sehari, pagi dan malam. Lakukan secara rutin.

Sumber: http://cintaherbal.wordpress.com

Daun Wungu (Handeuleum) Ampuh Mengobati Wasir

Handeuleum (Daun Wungu) (Graptophylum pictum Griff) adalah tanaman obat yang sangat populer, berkhasiat mengobati wasir (hemorrhoid) atau ambeien.

Daun ungu juga berkhasiat antiinflamasi, antiplak gigi, dan mencegah sakit ketika menopause. Wasir atau hemorrhoid merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya pembengkakan atau pembesaran pembuluh vena di bagian terbawah poros usus, baik di sisi dalam maupun di sisi luar anus.

Penyakit ini ditandai dengan munculnya benjolan seperti bisul berwarna merah kebiru-biruan atau kehitaman. Ada dua tipe wasir yang lazim dikenal, wasir dalam ( internal hemorrhoid) dan wasir luar ( external hemorrhoid) . Wasir bisa disebabkan karena kurang mengkonsumsi serat. Ini mengakibatkan susah buang air besar ( konstipasi) , hingga penderita kerap mengejan.

Daun Ungu (Graptophyllum pictum) atau nama lainnya Demung, Tulak, Wungu (Jawa); Daun Temen-temen, Handeuleum (Sunda), Temen (Bali); Karotong (Madura), Daun Putri, Dongora (Ambon); Kobi-kobi (Ternate); termasuk tumbuhan tumbuh liar dipedesaan atau ditanam sebagai tanaman hias atau tanaman obat, daun ungu cocok tumbuh didaearah dataran rendah sampai ketinggian 1250 meter di atas permukaan laut.

Batang: Batangnya berwarna ungu, penampang batangnya berbentuk mendekati segi tiga tumpul. Ciri tumbuhan perdu yang memiliki batang tegak, ukurannya kecil dan tingginya hanya dapat mencapai 3 meter, biasanya Daun: mempunyai struktur posisi daun yang letaknya berhadap- hadapan Bunga: bersusun dalam 1 rangkaian tandan yang berwarna merah tua.

Tanaman daun ungu mengandung kandungan kimia antara lain. Alkaloid non toksik, flavonoid, glikosid, steroid, saponin, tanin, calsium oksalat, asam format dan lemak. Dengan berbagai kandungan kimiawinya daun ungu mempunyai sifat sebagai antiinflamasi, peluruh air seni, mempercepat pemasakan bisul, pencahar ringan, pelembut kulit kaki, melunakkan feaces, dan mengempiskan wasir.

Kegunaan :
Sembelit: Rebus 7 helai daun handeuleum dengan 2 gelas air sampai airnya tinggal setengah. Minum sekaligus pada pagi hari.

Ambeien: 15 helai daun handeuleum, seibu jari kunyit, sedikit gula aren direbus dengan 4 gelas air sampai airnya tinggal setengah. Saring. Minum 2x sehari, masing-masing 1 gelas.

Bisul: Beberapa helai daun handeuleum dicuci lalu ditumbuk halus. Oleskan pada bisul.

Demam karena perut kotor: 7 helai daun handeuleum, 5 iris temulawak direbus dengan segelas air. Saring. Minum 1x sehari.

Batu empedu: 7 helai daun handeuleum, beberapa helai daun urat direbus dengan 2 gelas air sampai airnya tinggal setengah. Ramuan ini untuk diminum 2x sehari.

Melancarkan haid: Segenggam bunga daun handeuleum yang sudah dikeringkan, direbus dengan 4 gelas air. Minum seperti kita minum teh 3x sehari. Catatan: Sebaiknya diminum menjelang haid.

Bengkak karena terpukul: Kulit batang handeuleum ditumbuk halus lalu letakkan di bagian yang bengkak.

Rematik: Segenggam daun handeuleum dicuci lalu ditumbuk. Oleskan pada bagian yang sakit. (mrd)

Sumber :
Dalimartha, Setiawan. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Ungaran : Trubus Agriwidya, 1999.
Muhlisah, Fauziah. Tanaman Obat Keluarga. Jakarta : Penebar Swadaya, 1999.
Tampubolon, Oswald T. Tumbuhan Obat. Jakarta : Penerbit Bhratara, 1995.
Tanaman Obat Keluarga. Jakarta : PT. Intisari Mediatama, 1999.
warintek.ristek.go.id
herbalindonesiaterpercaya.wordpress.com

Curcuma Longa - Herbal

Botanical Name-: Curcuma longa
Family Name-: Zingiberaceae (ginger)
Other Names: Turmeric, Curcuma, Curcuma

History Curcuma longa
Turmeric has been used in Indian systems of medicine for a long time. It was listed in an Assyrian herbal dating from about 600 BC and was also mentioned by Dioscorides. Both the East and the West have held its medicinal properties in high regard through the ages.

Principal Constituents
The rhizomes contain curcuminoids, curcumin, demethoxy curcumin, bis- demethoxycurcumin, 5'- methoxycurcumin and dihydrocurcumin which are found to be natural anti-oxidants. A new curcuminoid, cyclocurcumin, was isolated from the nematocidally active fraction of turmeric. The fresh rhizomes also contain two new natural phenolics which possess antioxidant and anti-inflammatory activities and also two new pigments. Several sesquiterpenes, germacrone, turmerone, ar-(+)-, a-, ß- turmerones; ß- bisabolene; a-curcumene; zingiberene; ß- sesquiphellandene, bisacurone; curcumenone; dehydrocurdione; procurcumadiol; bis-acumol; curcumenol; isoprocurcumenol epiprocurcumenol; procurcumenol; zedoaronediol; curlone; and turmeronol A and turmeronol B, have been recorded from the rhizomes. The rhizomes are also reported to contain four new polysaccharides-ukonans - having activity on the Reticuloendothelial system, along with stigmasterol, ß-sitosterol, cholesterol and 2-hydroxymethyl anthraquinone1.

The essential oil from the rhizome contains d-a-phellandrene, d-sabinene, cineol, borneol, zingiberene, sesquiterpenes (turmerones)2. The crystalline coloring matter, curcumin, is a diferuloyl methane. It dissolves in concentrated sulphuric acid giving a yellow-red coloration3.


Pharmacology
Turmeric possesses anti-inflammatory property. Petroleum ether extracts of the rhizome showed significant anti-inflammatory activity in experimental animals without producing any toxicity or side effects. The anti-inflammatory activity of turmeric extracts has been attributed to curcumin and its analogues4

Oil of C.longa leaves obtained by steam distillation was given orally to study its effects on the exudative and proliferative phases of the inflammatory reaction, using the techniques of carrageenin-induced paw edema and cotton pellet methods in male albino rats. The anti-inflammatory activity was compared with Phenylbutazone. In carrageenin- induced edema, 1.6ml/kg of the volatile oil had as much anti-inflammatory activity as that of 100mg/kg Phenylbutazone. The oil was also found to be potent in cotton pellet granuloma studies5.

An oral dose of 500mg/kg of the ethanol extract of turmeric produced significant antiulcerogenic activity in rats subjected to hypothermic-restraint stress and pyloruic ligation. It also showed marked anti-ulcerogenic effect in indomethacin and reserpine, induced-gastric ulcers in rats. The extract had a highly significant protective effect against cytodestructive agents. Turmeric extract not only increased the gastric wall mucus significantly but also restored the non-protein sulfhydryl (NP-SH) content in the glandular stomachs of the rats6.

C.longa rhizome extract showed blood glucose lowering activity in experimental, induced- diabetic rats. After 3 and 6 hrs of curcuma injection (10mg), 37.2 percent and 54.5 percent fall, were observed respectively in the glucose levels7.

Turmeric is reported to have anti-fertility activity as observed with experimental animals. The petroleum ether and aqueous extracts showed 100 percent anti-implantation in rats at a dose of 200mg/kg body wt fed orally on day 1 to 7 of pregnancy8.

Clinical Studies
Of the 50 cases of conjunctivitis, 25 cases were treated with Haridra Eye drops (HEB) and other 25 cases with soframycin eye drops (SED). Clinical symptoms started subsiding from the 3rd day and all were cured by the 6th day (except 2 patients) in patients treated with HED. In SED patients symptoms subsided from the 4th day and complete relief took 7 days except for 2 cases, which took 9 days. This indicates that HED has a definite role in conjunctivitis. Bacteriological study shows that Haridra act, effectively on E.coli, Staphylococus aureus, Klebsella and Pseudomonas9.

The Volatile oil of C.longa when given orally, was found most effective in the treatment of bronchial asthma than when given intramuscularly10.

Toxicology
The clastogenic potential of Curcuma longa in experimental rats in in vivo conditions has been evaluated. A single acute dose treatment (500mg/kg b.w.) could not significantly induce micronucleated polychromatic erythrocytes but caused considerably higher chromosomal abberrations11.

Indications
In Indian systems of medicine, turmeric is used to some extent as a stomachic, tonic and blood purifier. It is also prescribed as an antiperiodic alterative. Externally, it is applied to indolent ulcers. A decoction of the rhizome is said to relieve the pain of purulent ophthalmia. Oil of turmeric, distilled from the dried rhizomes, has feeble antiseptic properties. It is an antacid, and, in small doses, acts as a carminative, stomachic, appetiser and tonic. In large doses, however, it appears to act as an antispasmodic inhibiting excessive peristaltic movements of the intestines. Turmeric also possesses anti-inflammatory property.

Product Range
Diabecon (GlucoCare), Geriforte (GeriCare / StressCare), Ophthacare, Purim (HemoCare), V-Gel (FemCare Gel), Anti-Wrinkle Cream, Foot Care Cream, Geriforte Aqua, Geriforte Vet, Scavon.


References
  1. Ravindranath & Satyanarayana, Phytochemistry, 1980, 19, 2031; Masuda et. al., ibid, 1993, 32, 1557; Toda et. al., Chem Pharm Bull, 1985, 33, 1725; Kiuchi et. al., ibid, 1993, 41, 1640; Nakayama et. al., Phytochemistry, 1993, 33, 501; Ohshiro et. al., ibid, 1990, 29, 2201; Golding et. al., J Chem Soc, Chem Commun, 1982, 363; Uehara et. al., Shoyakugaku Zasshi, 1992, 46, 55; Kiso et. al., Phytochemistry, 1983, 22, 596; Imai et. al., Agric Biol Chem, 1990, 54, 2367; Gonda et. al., Chem Pharm Bull, 1990, 38, 482; 1992, 40, 185; Chem Abstr, 1977, 87, 11482; Ogbeide et. al., Pak J Sci, 1985, 37, 15.
  2. Kelkar & Rao. J. Indian Inst. Sci.,1933, 17A, 7. A ketone, and an alcohol identified as p-tolylmethyl carbinol, have been obtained distillate3 (Chem. Abstr., 1933, 27, 4876).
  3. Mayer & Cook,93; Chem. Abstr.,1948,42,8496.
  4. Choudhury & Haq, Bull Med-Ethno-Bot Res, 1980, 1, 408; Arora et. al., Indian J Med Res, 1971, 59, 2189; Ammon & Wahl, Planta Med, 1991, 57, 1; Rao et. al., Indian J Med Res, 1982, 75, 574; Khung et. al., Indian J Pharmacol, 1986, 18, 20; Srimal & Dhawan, J Pharm Pharmacol, 1973, 25, 447; Srimal, Indian Spices, 1993, 30 (2&3), 21; Dhawan, ibid, 1993, 30 (2&3), 19; East Pharm, 1979, 22 (258), 70; Sinha et. al., Nagarjun, 1976, 19 (6), 11.
  5. Iyengar, M.A et. al., Indian Drugs, 1994, v., 31(11), 528-531.
  6. Rafatullah, S. et. al., J. Ethnopharmacol., 1990, v., 29(1), 25-34.
  7. Tank, R. et. al., Indian Drugs, 1990, v., 27(11), 587-589.
  8. Choudhury & Haq, Bull Med-Ethno-Bot Res, 1980, 1, 408; Garg et. al., Indian J Exp Biol, 1978, 16, 1077; Garg, Planta Med, 1974, 26, 225; Curr Res Med Arom Pl, 1983, 5, 83-01-549.
  9. Srinivas,C. and Prabhakaran,K.V.S., Ancient Science of Life, 1989, v., 8(3 & 4), 279-283.
  10. Jain, J.P. et. al., J. Res. Ayur. and Siddha, 1990, v., 11(1-4), 20-30.
  11. Jain, A.K. et. al., Curr. Sci., 1987, 56(19), 1005-1006.
Source : himalayahealthcare